Archive for March, 2010

OBAMA-OKMenyaksikan dan menyimak wawancara Putra Nababan reporter RCTI dengan Presiden Barack Obama di Gedung Putih Washington D.C. beberapa hari yang lalu, saya semakin kagum dan merasakan suasana hati yang ‘tidak asing’ terhadap orang nomor satu di Amerika Serikat dan pemimpin dunia yang mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian beberapa bulan lalu.

Hadiah Nobel sebesar 1,4 juta dollar US atau kurang lebih 14 miliard rupiah telah disumbangkan seluruhnya untuk korban gempa besar dan Tsunami di Chile Amerika Selatan, belum lama ini. Obama ternyata  seorang generous pemurah dan gampang berempati pada kesusahan dan malapetaka masyarakat dimanapun, meski diluar negaranya Amerika Serikat. Rasa kemanusiaannya begitu tinggi…

Saya sebagai seorang dokter sudah terbiasa memperhatikan raut wajah, mimik, senyuman dan ‘gesture’ seseorang yang berada didepan saya yang biasanya menjadi lawan bicara saya. Apakah itu pasien, anak-anak saya sendiri dan keluarga saya maupun tamu atau orang yang berkunjung ke tempat saya. Saya bisa menilai seberapa tulus hati seseorang  dari tutur kata, intonasi, ekspresi wajah serta senyumannya. Meski baru beberapa menit, saya sudah bisa membaca kepribadian serta sifat seseorang..

Dari eye contact, saya bisa melihat apakah seseorang itu jujur atau pembohong dan pembual. Tatapan mata seorang Obama, sungguh sangat menyejukkan hati.  Dia memang benar sangat humble, tidak ada setitikpun aura arogansi yang bisa saya lihat. Tutur katanya yang tidak dibuat-buat dan apa adanya, intonasi suaranya yang begitu tegas serta warna vocalnya yang nge-bass, sungguh merupakan ciri khas Presiden Barack Obama.

Dari wawancara dengan reporter RCTI tersebut, saya masih terngiang-ngiang pada saat  Obama  menyebutkan beberapa kata dalam bahasa Indonesia dengan fasih dan benar, bahasa  yang pernah menjadi bahasa sehari-harinya di sekolah tatkala pada tahun 1967-1971  masih menjadi murid di SD Asisi Menteng, Jakarta Pusat. Nada suaranyapun persis nada masyarakat kita, seperti lidah orang Indonesia asli. Tidak cadel seperti biasanya orang-orang asing terutama para bule yang mencoba berbicara dalam bahasa Indonesia.

Obama menyukai street food seperti : sate, bakso, nasi goreng yang kata-kata itu diucapkannya persis sama seperti suara abang-abang penjual sate, bakso dan nasi goreng di Jakarta sampai saat ini.  Sate….  Bakso….  Nasi goreng..  Penjual makanan pada saat malam tiba di jalan-jalan dan gang-gang diseluruh pelosok  ibukota Jakarta yang mempunyai banyak pelanggan setia yang menunggu didepan rumahnya..

Teman bermain Obama yang pernah terluka dan patah lengan akibat main sepeda, seorang laki-laki yang kini berada dan tinggal dikota kecil di Jawa Timur. Alangkah kontras nasib kedua sahabat sepermainan tersebut, ibarat langit dan bumi. Siapa tahu dan siapa menyangka kalau anak berkulit gelap yang suka usil dan bermain dengan bapak di Jawa Timur tersebut pada saat ini menjadi orang paling dihormati dan disegani diseluruh planet bumi ini.

Obama orang yang cerdas, karena mewarisi gen dan  dilahirkan dari orang tua yang keduanya berpendidikan S3 (doktor) dari University of Hawaii. Ayah berasal dari Kenya yang mendapat beasiswa sampai ke tingkat S3 di Hawaii dan ibu warganegara Amerika Serikat dari Mid West.

Kunci kesuksesan Obama kecil sampai menjadi seorang Presiden dinegara adikuasa terletak pada kedisiplinan hidup yang diterapkan oleh ibunya Ann Dunham. Pada pagi subuh, tatkala anak-anak seusia Obama masih tidur lelap, Obama harus bangun untuk mendapat pelajaran extra dari ibundanya yaitu bahasa Inggris dan Geografi Amerika Serikat. Nanti pada  jam 7 pagi Obama harus ke sekolah SD-nya  di Jalan Besuki dan mulai belajar, sesuai kurikulum dan mata pelajaran yang umum diterima oleh anak-anak Indonesia. Barack Obama tidak bersekolah di Sekolah International seperti JIS  (Jakarta International School), dia berbaur tanpa batas dengan anak-anak pribumi, asli Indonesia.

Jadi Barry biasa bermain bola dilumpur, bermain layangan disawah, membaca buku komik Petruk dan Gareng atau Maha Bharata dan Hanoman… Persis anak-anak Indonesia yang sebaya dengan Obama kecil. Tangannya luka tersayat itu sudah biasa, sampai harus dijahit malam-malam ke sebuah RS. Sampai kinipun lengan itu masih memiliki bekas jahitan yang buruk, akibat penanganan yang kurang memadai pada saat itu…

Ann Dunham menyempatkan diri mengajari putranya sebelum berangkat kerja sebagai staf library di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta. Karena terkadang Barry ikut mamanya ke kantor, maka dia terbiasa membaca buku, majalah dan segala barang cetakan yang ada di perpustakaan yang sudah tentu berskala International. Kadang dia membaca buku tentang perbedaan warna kulit, kenapa dan bagaimana?

Masalah ras seperti itu sebenarnya terlalu berat bagi seorang Barry yang berumur 7 tahunan… Banyak membaca menjadikannya banyak berpikir segala macam hal, termasuk yang mengganggu pikirannya selama ini : kenapa kulitnya hitam , padahal kakek-nenek, ibunya serta orang-orang disekitarnya tidak ada yang berkulit hitam. Kenapa ayah tirinya Lolo Soetoro harus menyembunyikan koelkast digudang ketika ada petugas pajak yang mendatangi rumah mereka di Menteng? Kenapa? kenapa? dan kenapa? membuat otaknya berpikir keras..

Presiden Obama mengakui dan tidak menyangkal pernah mencederai temannya di Menteng Dalam. Dengan tulus Presiden Obama menyatakan penyesalan serta permintaan maaf kepada temannya itu yang menderita karena ulah mereka berdua…

Seorang Presiden negara adikuasa meminta maaf kepada rakyat kecil, seorang warganegara Indonesia yang pada saat ini tinggal dikota kecil nun jauh di Jawa Timur… Obama benar-benar humble dan down earthed…

Saya berkesimpulan meski dimasukkan kedalam lumpur, berlian tetaplah berlian batu mulia… Obama yang kecebur kedalam lumpur, tetaplah seorang Obama yang smart dan humble…

Popularity: unranked

1 Comment | Category: Bahasa, General

KIM-OK7Hari Selasa, 9 Maret 2010 kemarin merupakan hari prestasi lagi bagi Densus 88, kelompok polisi yang bertugas khusus menumpas teroris dan situasi kritis lain ibarat SWAT di Amerika Serikat. Setelah berhasil menembak mati Noordin M. Top tahun lalu di Jawa Tengah. Sungguh satu prestasi yang pantas diapresiasi oleh segenap bangsa Indonesia. Bahkan Perdana Menteri Austrraliapun mengakui  sendiri sangat menghargai keberhasilan dan kecekatan korps polisi Indonesia terutama Densus 88 pada saat ini.

Dulmatin yang sekarang mukanya lebih bulat brewokan dan badannya lebih gemuk berisi dibandingkan foto-foto yang kita kenal dari DPO (daftar pencarian orang) sudah tewas diterjang peluru anggota detasemen burung hantu, julukan bagi Densus 88 di sebuah ruko warnet di Jalan Siliwangi Pamulang. Sebuah ruko yang berlokasi berdekatan dengan  situ atau waduk Pamulang Barat.

Saya mengenal daerah Pamulang dengan baik karena pernah tinggal disana dari tahun 1985 sampai tahun 1994, ketika pada akhirnya saya berangkat meninggalkan Jakarta menuju ke Bandung untuk melanjutkan kuliah S2 saya dengan mengambil spesialisasi dibidang Patologi Anatomik  (PA). Daerah Pamulang terletak dipinggir selatan dan barat atau barat daya dari kota Jakarta. Pamulang bisa diakses dari dua arah, Ciputat Raya maupun Tangerang.

Pemukiman penduduk di Pamulang semakin padat saja, banyak diantaranya warga Betawi asli yang menyingkir atau tersingkir alias termajinalkan dari tengah kota Jakarta. Seperti di perumahan tempat saya tinggal dulu, setiap pagi kita bisa mendengar teriakan abang-abang tukang minyak, tukang sayur dan tukang buah seperti berikut  :  nyoaakk..minyoaak… atau yurr…sayurr… atau pisang mateng puun… nangkenye maniiisss…

Teriakan para abang tukang-tukang minyak dan makanan  tersebut selalu saja sama seperti itu dengan irama dan kata-kata  yang sama setiap pagi, tujuh hari seminggu dan tidak pernah kenal hari libur. .. Rupanya teriakan mereka ini memberikan pelajaran kepada burung beo saya yang berada didepan rumah, berdekatan dengan  pagar besi. Maka berteriaklah si burung beo menirukan setiap kata dari setiap abang  yang lewat didepan rumah :  nyoaakk..minyoaakk..yurr  sayurrr.. dst.

Pada saat saya meninggalkan Pamulang disana sudah ada banyak perumahan sepetrti :  Witanaharja dengan masjidnya yang cukup besar, Reni Jaya,  Pamulang Permai dan lain-lain. Udara didaerah Pamulang masih lumayan bersih dan lebih sejuk dibandingkan udara ditengah kota seperti Menteng, Keramat Raya dan terutama Blok-M yang sangat pengap oleh gas CO2 dari knalpot berbagai kendaraan yang parkir dan berlalu-lalang.

Dari jalan aspal utama yang membelah Pamulang, terdapat banyak jalan kecil atau gang yang menuju ke satu perkampungan, seperti gang Asem tempat dimana dua teroris dihajar peluru Densus 88 dan tersungkur dari motor Thunder biru yang dikendarainya. Konon kedua orang tersebut  sebenarnya adalah pengawal Dulmatin sang boss teroris. Keduanya sehari-hari berlaku bak suami-isteri, yang satu menggunakan cadar untuk mengelabui penduduk sekitar dan tetangganya sedangkan teroris kedua  tetap berpakaian laki-laki…

Maka lengkaplah sudah tiga orang teroris tertembak mati di Pamulang yaitu Dulmatin yang memegang revolver ditangan kanannya di sebuah ruko Warnet dan dua orang berkendaraan sebuah motor di gang Asem, Jalan Setiabudi Pamulang Barat. Pamulang rupanya disukai oleh para teroris, mungkin karena orangnya yang rada  ‘lu elu, gue gue’. Sibuk dengan urusan masing-masing dan nggak mau repot mikirin  orang lain…

Popularity: unranked

5 Comments | Category: Bahasa, General

animals_cats004Pertama harus dijelaskan dulu, bahwa jumlah 6,7 trilliun rupiah talangan dari Bank Indonesia untuk Bank Century sampai saat ini masih ada dalam jumlah yang sama dan utuh-tidak kurang satu rupiahpun- di Bank Mutiara yang merupakan penyertaan modal pemerintah untuk Bank Century yang nyaris kolaps akibat krisis keuangan pada bulan November 2008.

Jadi kenapa mesti ribut-ribut, berdemo, membentuk Pansus dan seterusnya. Semuanya itu hanya membuang-buang  energi yang semestinya energi kita semua dari rakyat kecil sampai kepada para pejabat tinggi termasuk Presiden, Wapres, para Menteri dan anggota dewan perwakilan rakyat (DPR) diarahkan untuk pembangunan negara kita yang tercinta ini.

Saya heran dan jadi bingung dengan perkembangan kasus bank Century yang sedemikian jauh melenceng dari tujuan semula. Pemberantasan korupsi itu sudah menjadi agenda utama dari Kabinet Indinesia Bersatu (KIB) jilid II dan tidak seorangpun dapat menyangkalnya.

Namun apa yang terjadi di Pansus Century belakangan ini menimbulkan kekhawatiran dan rasa miris saya, tatkala ajang tersebut sudah menjadi arena adu argumentasi debat kusir yang sama sekali kurang sehat dan tidak bermanfaat bagi negara. Pansus Century juga menjadi ajang pukul ibarat permainan tinju dimana  masing-masing pihak berusaha meng-KO lawannya.

Persoalan negara telah berubah menjadi masalah pribadi yang dikemas sedemikian rupa sehingga kelihatannya bak  ‘masalah negara’ padahal bukan. Masalah ini dalam pandangan saya- yang tidak pandai berpolitik-menjadi sarana ‘revanche’ atau balas dendam antara pengusaha Hiu dengan menteri keuangan. Terdapat intrik-intrik tidak sehat yang menggiring para pejabat tinggi negara termasuk Presiden dan Wakil Presiden menguras tenaga membuang-buang energi untuk hal-hal yang sebenarnya tidak perlu.

Ayolah, segera sadar dan bangun dari lamunan dan khayalan untuk bisa memakzulkan atau menurunkan Presiden, Wapres dan Menteri seperti skenario yang dibuat oleh orang-orang tidak nasionalis yang tidak mencintai negaranya ini.  Mana ada manusia yang sempurna? Mana pula ada pejabat yang tidak pernah tersandung masalah? Asalkan dampak perbuatannya tidak membuat bangsa Indonesia collapse, tidak menenggelamkan nilai-nilai positif yang telah berhasil diraih selama ini?

Kondisi makro-ekonomi yang membaik, predikat Menteri Keuangan se-Asia Terbaik, pengangguran yang mulai menurun, kurs rupiah yang stabil dan cenderung menguat diantara mata uang asing serta kondisi Hankam yang terjaga sehingga meningkatkan minat investor berinvestasi di Indonesia, semua itu adalah nilai plus dan pencapaian yang membanggakan bagi kita semua. Semuanya dicapai oleh Presiden SBY dan para pembantunya terutama Menteri Keuangan dan Wapres Boediono.

Marilah kita belajar menghargai prestasi seseorang dan turut bergembira karena pencapaian seorang Menteri Keuangan yang begitu cemerlang dan diakui oleh dunia. Ibu Sri Mulyani Indrawati adalah pakar dibidang keuangan yang sangat disegani bahkan oleh pasar bursa NYSE di Wall Street serta tokoh keuangan di Amerika Serikat. Jangan karena sirik dan tidak bisa bersaing dibidang prestasi,  kita lalu dengan enteng dan gampangnya menyebut Sri Mulyani sebagai antek Neo-liberal..

Mari kita berkompetisi secara elegant dan menjauhi fitnah dan prasangka buruk sebelum jelas-jelas terbukti salah. Alangkah indahnya dunia perpolitikan kita seandainya setiap orang dan setiap pejabat dan anggota dewan, dll. berlomba menunjukkan prestasi kerja yang akan berguna bagi peningkatan derajat hidup masyarakat luas di Indonesia dan langsung bisa dirasakan oleh masyarakat kecil dan terbawah dari bangsa Indonesia yang syukur-syukur dapat dinilai positif oleh bangsa lain.

Hentikan ‘demokrasi teaterikal’ yang tidak lebih dari adegan konyol yang memalukan dan dilihat ratusan juta rakyat sampai dipelosok-pelosok desa terpencil yang sudah ada aliran listrik dan program TV. Ibarat meludah keatas, mempermalukan diri sendiri dengan mempertontonkan dan mengajari rakyat kecil cara demokrasi yang ‘kebablasan’ tersebut.  Sudah tidak ada lagi norma-norma kepatutan, etika dan sopan-santun dari yang terhormat wakil rakyat dan lain-lain yang ikut berdebat, memperdebatkan ‘pepesan kosong’.  Saya malu, geram dan tidak suka menyaksikan adegan-adegan Pansus Century yang ditayangkan secara  langsung itu.. Saya segera pindah channel, mending  nonton acara ‘dahsyat’ yang menghibur hati saya itu.

Presenter TV One kelihatannya gembira, tersenyum dan bergairah saat membacakan berita bahwa Wapres Boediono terancam di turunkan karena temuan-temuan Pansus. Ibarat kata presenter TV One sepertinya senang dan semakin bergairah menyaksikan terpecah-belahnya masyarakat serta terpuruknya nanti negara kita Indonesia…  Wahai….. dimana rasa nasionalisme anda sebagai jurnalis ?

Popularity: unranked

9 Comments | Category: Bahasa, General, Life