Archive for May, 2009

RhabdomyoSaMendengar kata sarcoma agak ngeri juga. Sebab dari semua istilah tumor ganas yang kita ketahui, maka jenis sarcoma adalah yang paling ganas atau sering disebut dengan high grade malignancy. Apalagi penderitanya usia anak, masih duabelas tahun. Saat penderita datang ke path lab saya dengan rujukan dari seorang onkolog, anak itu sudah sulit mengangkat tangan kanannya. Sehingga saat membuka dan memakai baju, harus dibantu oleh ibunya disertai rintihan dan mengerang kecil karena rasa sakit yang tidak tertahankan.

Begitulah, penyakit kanker bisa datang kapan saja pada bayi, anak-anak, dewasa dan usia lanjut. Umumnya penyakit kanker didasari oleh adanya kelainan genetik ditingkat khromosom. Kelainan khromosom bisa delesi atau hilangnya sebagian khromosom, mutasi atau perpindahan sebagian dari dari satu khromosom ke khromosom lain atau translokasi yaitu saling bertukar bagian khromosom satu dengan khromosom lainnya.

Apa yang menyebabkan terjadinya kelaianan khromosom ? Ada yang dibawa sejak lahir, artinya si bayi yang lahir telah membawa kelainan itu sejak terjadinya konsepsi didalam rahim. Ada juga kelainan khromosom yang didapat selama hidup seperti : paparan bahan kimia, zat radioaktif, polutan dan makanan yang tercemar. Sepertinya penyakit kanker lebih banyak mengenai masyarakat modern dibandingkan dengan masyarakat nenek-moyang kita dahulu.

Benjolan disadari mulai ada sekitar 2 tahun yang lalu, dan seingat anak itu dia tidak  pernah terjatuh atau mengalami kecelakaan yang berakibat timbulnya benjolan itu. Penderita berdomisili jauh dari kota Pekanbaru, disebuah pedesaan yang terisolir. Pada awalnya, benjolan tidak dirasakan sakit, sampai sekitar 2 minggu ini barulah mulai terasa sakit dan mulai terganggu dalam menggerakkan tangan kanannya. Disamping itu terdapat pula benjolan lebih kecil pada punggung tangan kanannya, sebesar bola bekel, lebih kurang berdiameter 3 cm.

Dibawah mikroskop, terlihat sel-sel rhabdomyoblast ada yang bulat, ada yang memanjang dan tampak pula ‘strap cells’ serta ‘tadpole cells’. Temuan ini membawa kita pada diagnosis Embryonal Rhabdomyosarcoma, satu dari tiga jenis rhabdomyosarcoma. Dua lainnya adalah Alveolar Rhabdomyosarcoma dan Pleomorphic Rhabdomyosarcoma yang biasa mengenai pasien dewasa. Dengan semakin baiknya tingkat pengobatan yang ada, yaitu dengan kombinasi radiasi dan khemoterapi, dari data statistik tingkat kesembuhan semakin meningkat. Semoga anak ini termasuk yang bisa berhasil disembuhkan. Amien..

Popularity: unranked

34 Comments | Category: Bahasa, Popular Health

DARK MEMORYSaya baru saja mengalami hal atau peristiwa yang sangat mencengangkan bagi diri saya pribadi. Hal yang tidak pernah saya atau siapapun masyarakat Indonesia pernah impikan atau pernah bayangkan akan terjadi. Sesuatu yang benar-benar sudah diluar koridor kehidupan normal dan wajar bagi bangsa yang katanya ‘ramah, bersahabat dan santun’. Yang menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan dan adat ketimuran, seperti yang sering kita dengar.

Malam itu, malam minggu semua jalanan dipenuhi kendaraan berbagai jenis dengan keperluan dan tujuan masing-masing. Pada malam yang naas itu saya kebetulan mengendarai kendaraan 1000 cc saya bersama karyawati teknisi laboratorium saya. Kami baru saja kembali dari sebuah RS. swasta di Pekanbaru untuk menjemput sampel dari seorang penderita tumor ganas. Lagi asyik-asyiknya saya ngobrol dengan teknisi saya, tiba-tiba semua kendaraan harus berjalan sangat pelan due to traffic jamming. Tentu saja saya harus mengerem laju kendaraan saya.

Tidak berapa lama setelah itu, ada pengendara motor yang dengan ‘bengis’ memandang kearah mobil yang saya kemudikan sambil menendang body mobil. Tadinya si pengendara motor berada dibagian kiri depan mobil saya. Dengan cepat dia berpindah dan tiba-tiba saja sudah berada persis dikanan saya yang sedang mengemudikan mobil. Kami hanya dipisahklan oleh kaca jendela depan. Kejadian menjadi semakin seru karena dengan beringas dia mengetuk-ngetuk jendela kaca itu dan memandang saya dengan ‘sangat berang’. Saya turunkan kaca jendela, dan nanya ke pengendara motor : ‘Ada apa ? Kenapa marah-marah, apa salah saya?’

Melihat dan menyadari bahwa saya seorang perempuan, dia menjawab :  ‘ mana laki lo?’ sambil menendang-nendang body mobil Jepang saya. Lha, kok ? Mobil saya menjadi bulan-bulanan kemarahannya, dihajar habis-habisan. Saya sendiri tidak tahu apa yang membuat dia begitu emosi dengan melakukan tindakan brutal yang sangat tidak terpuji. Ada apa dengan pengendara motor itu ? Kalaupun saya menyenggol dia atau motor yang dikendarainya bersama anak dan istri yang diboncengnya, itu bisa saja. Yang penting tidak ada yang cedera lecet, atau jatuh, dst. Saya kan tidak sengaja dan tidak bermaksud untuk menyenggol siapapun.  Yang jelas kondisi ketiga penumpang motor dan motornya baik-baik saja, tidak kurang sesuatu apapun. Kenapa harus melakukan ‘hukum rimba’,  menghakimi saya dengan garangnya padahal belum tentu saya salah…

Dalam kondisi jalanan yang sedemikian padat, menyenggol kendaraan lain sangat mungkin terjadi. Yang penting tidak ada yang jatuh, lecet atau patah tulang , dsb. Kenapa mengamuk bak seorang pemabok habis menenggak alkohol berlebihan? kenapa harus memperlihatkan tindakan ‘barbar’ seperti bangsa barbar dimasa lampau? Kalau saya pikir-pikir peristiwa yang saya alami di malam minggu itu sungguh sangat mendebarkan. Bila saja ada yang merekam detil peristiwa tersebut, maka bila ditayangkan tidak akan kalah dengan tayangan polisi di Amerika yang menangkap kriminal di jalan raya atau highway dengan adegan kejar-kejaran disertai kebut-kebutan mobil yang membuat sport jantung..

Iya benar, setelah menendang-nendang mobil saya dan disaksikan oleh banyak sekali pasang mata yang melihat adegan nendang mobil secara ‘live’ maka lampu jalanan menyala hijau, praktis  semua kendaraan mulai jalan termasuk motor itu dan mobil saya. Pengendara motor berusaha melaju kencang, karena ada pos polisi dekat simpang traffic light tadi. Saya mengejar dari belakang, sambil membunyikan klakson, agar menarik perhatian orang. Motor melaju membentuk zigzag, menghindari dan menjauhi pos polisi lalu lintas. Rupanya kecil juga nyalinya bila ditangkap polisi….. Jadi keberaniannya hanyalah kepada seorang perempuan, yang belum tentu bersalah tetapi sudah dihajar dan dihakimi bak pesakitan sebelum dilakukan investigasi dan pemeriksaan serta mendengarkan saksi-saksi.

Bila diabadikan dalam kamera video, apa yang dilakukan pengendara motor itu melebihi action atau tendangan maut Jackie Chan si jago kungfu didalam film layar lebar. Bayangkan, menendang mobil sambil mengendalikan motor dengan total tiga penumpang. Jurus apa yang dia lakukan mungkin bisa disebut ‘jurus gila’, itu  paling tepat. Sampai saat inipun bekas-bekas sepatu tendangan si jago mabok itu masih melekat pada body mobil, meski mobil telah saya bawa ke cuci mobil komersial… Lumayan, jadi ‘dark memory’ bagi saya.

Ini bukan di hutan, sobat. Ini jalan raya dari sebuah komunitas  masyarakat yang beradab dan menjunjung tinggi hukum, aturan dan perundang-undangan yang berlaku.. So, mari kita ramai-ramai menyanyikan lagunya Guns n Roses : ‘Welcome to the Jungle…..bla…bla… bla’…

Popularity: unranked

7 Comments | Category: Bahasa, Life

Ungu LorengBeberapa hari yang lalu saya baru kembali dari Singapore, pusat belanja turis dari Indonesia. Kunjungan saya kali ini kesana sudah lama direncanakan. Tiket Air Asia-pp sudah saya beli sejak November 2008. Saya sudah ancang-ancang untuk keluar dari rutinitas sehari-hari minimal 6 bulan sekali. Maklum, raga ini perlu istirahat agar setiap organ didalam tubuh saya berdurasi lama alias long lasting.

Sesampai di Changi Airport, saya berubah pikiran. karena saya mulai menghitung harga-harga di Singapore dan membandingkannya dengan harga counterpartnya di Malaysia. Belum lagi mengingat kurs rupiah ke dollar Singapore dan membandingkannya dengan kurs rupiah ke Ringgit.

Alhasil, dari bandara Changi saya naik taxi ke  Bugis Street, dimana tersedia banyak bus tujuan Johor Bahru. Dengan ongkos 2,4 dollar Sing dan ditempuh dalam kurang dari satu jam, sampailah saya di Johor Bahru yang disingkat dengan JB.

JB tampak cantik dengan gedung-gedung modern, dan terletak ditepi pantai yang indah. Perbatasan Singapore dan JB adalah Woodland, tempat imigrasi bila memasuki wilayah Singapore. Sedangkan Bandar Sultan Iskandar adalah imigrasi saat memasuki wilayah Malaysia di JB.

Sedikit repot dengan mengisi formulir saat memasuki satu negara, seperti yang saya rasakan saat bepergian dari Hongkong ke Shenzen diwaktu yang lalu. Di Shenzen malahan semua pendatang baru diharuskan untuk diambil potret wajah layaknya pasfoto. Mungkin sebagai antisipasi terhadap terroris yang ditakuti memasuki China.

Makanan di JB yang terbaik menurut saya adalah Nasi Briyani dengan kare ayam. Harganya 9 ringgit, plus teh tarik 2 ringgit. Dengan 11 ringgit alias 33 ribu rupiah terasa makan siang itu sangat memuaskan.

Bandingkan dengan harga makanan di Singapore. Saya mencari makanan yang agak berselera Indonesia di jalan Pisang, berdekatan dengan Arab Street di Singapore. Tahu goreng telur yang dibuat bentuknya tinggi, seperti tumpeng dan nasi putih harganya 6 dollar Singapore atau sama dengan 45 ribu rupiah. Ada pepes ikan, pisang goreng, dst semuanya makanan khas Indonesia yang diolah secara modern.

Pemilik restoran adalah seorang hajjah, warga Singapore. Restoran ini ternyata begitu populer diantara penduduk muslim di Singapore. Tak henti-hentinya penumpang yang naik dan turun kendaraan dijalan Pisang yang relatif sempit dan tidak seberapa panjang yang tampak tegak lurus dengan Victoria Street.

Diseberang jalan Pisang tampak toko-toko yang menjual ikan asin, kacang-kacangan, kerupuk mentah dan semua jenis makanan kering lainnya. Dari pengamatan saya, para penjual disekitar situ airmukanya tampak tidak ceria, tidak happy dan terkesan flat seperti menghadapi masa suram. Tidak sekalipun saya melihat orang disana yang tersenyum. Semuanya  bermuka murung, tampak letih..

Sampailah saya di sepanjang Orhard Road, disini masih banyak orang asing yang berseliweran dari berbagai negara : Australia, Eropa dan Amerika. Sebagian adalah expatriat yang bekerja di Singapore. Disekitar Orchard Road ini kondisi ekonomi yang mengalami resesi tidak begitu tampak dari air muka orang-orang yang berlalu-lalang. Akan tetapi toko-toko meskipun banyak orang yang masuk, kebanyakan hanya melihat-lihat, tanpa membeli barang.  Business terlihat sepi..

Pada satu pertokoan Lucky Plaza yang terletak berdekatan dengan Mount Elizabeth Hospital, ada keadaan baru yang belum saya lihat sekitar satu tahun yang lalu yaitu toko-toko dikelola oleh orang-orang Filipina dengan bahasa tagalog-nya. Mereka bukan sebagai pekerja, akan tetapi pengelola bisnis.

Satu kemajuan besar bagi bangsa Filipina yang bisa ber-expansi bisnis sampai ke Singapore. Mereka bukan lagi tenaga kerja yang mengandalkan tenaganya saja. Akan tetapi saat ini mereka sudah punya modal dan menjadi pemilik atau pengelola satu kegiatan bisnis di areal terpandang di Singapore. Kapan kita bisa seperti itu ?

Popularity: unranked

1 Comment | Category: Bahasa, Traveling