OBAMA-OKMenyaksikan dan menyimak wawancara Putra Nababan reporter RCTI dengan Presiden Barack Obama di Gedung Putih Washington D.C. beberapa hari yang lalu, saya semakin kagum dan merasakan suasana hati yang ‘tidak asing’ terhadap orang nomor satu di Amerika Serikat dan pemimpin dunia yang mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian beberapa bulan lalu.

Hadiah Nobel sebesar 1,4 juta dollar US atau kurang lebih 14 miliard rupiah telah disumbangkan seluruhnya untuk korban gempa besar dan Tsunami di Chile Amerika Selatan, belum lama ini. Obama ternyata  seorang generous pemurah dan gampang berempati pada kesusahan dan malapetaka masyarakat dimanapun, meski diluar negaranya Amerika Serikat. Rasa kemanusiaannya begitu tinggi…

Saya sebagai seorang dokter sudah terbiasa memperhatikan raut wajah, mimik, senyuman dan ‘gesture’ seseorang yang berada didepan saya yang biasanya menjadi lawan bicara saya. Apakah itu pasien, anak-anak saya sendiri dan keluarga saya maupun tamu atau orang yang berkunjung ke tempat saya. Saya bisa menilai seberapa tulus hati seseorang  dari tutur kata, intonasi, ekspresi wajah serta senyumannya. Meski baru beberapa menit, saya sudah bisa membaca kepribadian serta sifat seseorang..

Dari eye contact, saya bisa melihat apakah seseorang itu jujur atau pembohong dan pembual. Tatapan mata seorang Obama, sungguh sangat menyejukkan hati.  Dia memang benar sangat humble, tidak ada setitikpun aura arogansi yang bisa saya lihat. Tutur katanya yang tidak dibuat-buat dan apa adanya, intonasi suaranya yang begitu tegas serta warna vocalnya yang nge-bass, sungguh merupakan ciri khas Presiden Barack Obama.

Dari wawancara dengan reporter RCTI tersebut, saya masih terngiang-ngiang pada saat  Obama  menyebutkan beberapa kata dalam bahasa Indonesia dengan fasih dan benar, bahasa  yang pernah menjadi bahasa sehari-harinya di sekolah tatkala pada tahun 1967-1971  masih menjadi murid di SD Asisi Menteng, Jakarta Pusat. Nada suaranyapun persis nada masyarakat kita, seperti lidah orang Indonesia asli. Tidak cadel seperti biasanya orang-orang asing terutama para bule yang mencoba berbicara dalam bahasa Indonesia.

Obama menyukai street food seperti : sate, bakso, nasi goreng yang kata-kata itu diucapkannya persis sama seperti suara abang-abang penjual sate, bakso dan nasi goreng di Jakarta sampai saat ini.  Sate….  Bakso….  Nasi goreng..  Penjual makanan pada saat malam tiba di jalan-jalan dan gang-gang diseluruh pelosok  ibukota Jakarta yang mempunyai banyak pelanggan setia yang menunggu didepan rumahnya..

Teman bermain Obama yang pernah terluka dan patah lengan akibat main sepeda, seorang laki-laki yang kini berada dan tinggal dikota kecil di Jawa Timur. Alangkah kontras nasib kedua sahabat sepermainan tersebut, ibarat langit dan bumi. Siapa tahu dan siapa menyangka kalau anak berkulit gelap yang suka usil dan bermain dengan bapak di Jawa Timur tersebut pada saat ini menjadi orang paling dihormati dan disegani diseluruh planet bumi ini.

Obama orang yang cerdas, karena mewarisi gen dan  dilahirkan dari orang tua yang keduanya berpendidikan S3 (doktor) dari University of Hawaii. Ayah berasal dari Kenya yang mendapat beasiswa sampai ke tingkat S3 di Hawaii dan ibu warganegara Amerika Serikat dari Mid West.

Kunci kesuksesan Obama kecil sampai menjadi seorang Presiden dinegara adikuasa terletak pada kedisiplinan hidup yang diterapkan oleh ibunya Ann Dunham. Pada pagi subuh, tatkala anak-anak seusia Obama masih tidur lelap, Obama harus bangun untuk mendapat pelajaran extra dari ibundanya yaitu bahasa Inggris dan Geografi Amerika Serikat. Nanti pada  jam 7 pagi Obama harus ke sekolah SD-nya  di Jalan Besuki dan mulai belajar, sesuai kurikulum dan mata pelajaran yang umum diterima oleh anak-anak Indonesia. Barack Obama tidak bersekolah di Sekolah International seperti JIS  (Jakarta International School), dia berbaur tanpa batas dengan anak-anak pribumi, asli Indonesia.

Jadi Barry biasa bermain bola dilumpur, bermain layangan disawah, membaca buku komik Petruk dan Gareng atau Maha Bharata dan Hanoman… Persis anak-anak Indonesia yang sebaya dengan Obama kecil. Tangannya luka tersayat itu sudah biasa, sampai harus dijahit malam-malam ke sebuah RS. Sampai kinipun lengan itu masih memiliki bekas jahitan yang buruk, akibat penanganan yang kurang memadai pada saat itu…

Ann Dunham menyempatkan diri mengajari putranya sebelum berangkat kerja sebagai staf library di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta. Karena terkadang Barry ikut mamanya ke kantor, maka dia terbiasa membaca buku, majalah dan segala barang cetakan yang ada di perpustakaan yang sudah tentu berskala International. Kadang dia membaca buku tentang perbedaan warna kulit, kenapa dan bagaimana?

Masalah ras seperti itu sebenarnya terlalu berat bagi seorang Barry yang berumur 7 tahunan… Banyak membaca menjadikannya banyak berpikir segala macam hal, termasuk yang mengganggu pikirannya selama ini : kenapa kulitnya hitam , padahal kakek-nenek, ibunya serta orang-orang disekitarnya tidak ada yang berkulit hitam. Kenapa ayah tirinya Lolo Soetoro harus menyembunyikan koelkast digudang ketika ada petugas pajak yang mendatangi rumah mereka di Menteng? Kenapa? kenapa? dan kenapa? membuat otaknya berpikir keras..

Presiden Obama mengakui dan tidak menyangkal pernah mencederai temannya di Menteng Dalam. Dengan tulus Presiden Obama menyatakan penyesalan serta permintaan maaf kepada temannya itu yang menderita karena ulah mereka berdua…

Seorang Presiden negara adikuasa meminta maaf kepada rakyat kecil, seorang warganegara Indonesia yang pada saat ini tinggal dikota kecil nun jauh di Jawa Timur… Obama benar-benar humble dan down earthed…

Saya berkesimpulan meski dimasukkan kedalam lumpur, berlian tetaplah berlian batu mulia… Obama yang kecebur kedalam lumpur, tetaplah seorang Obama yang smart dan humble…

Popularity: unranked

Posted Thursday, March 25th, 2010 at 12:00 pm
Filed Under Category: Bahasa, General
You can leave a response, or trackback from your own site.

One Response to “Obama, Presiden yang humble dan down earthed, tidak cadel dan fasih berbahasa Indonesia”

  1. 1
    Jodie Stein Says:

    Setelah terpilih, Obama bersahabat dengan Presiden Senat Illinois yang membantu senator baru ini berhasil. Ia mensponsori hukum yang meningkatkan kredit pajak bagi pekerja berpendapatan rendah, menegosiasikan reformasi kesejahteraan, dan mempromosikan peningkatan subsidi bagi perawatan anak.

Leave a Reply

  • About

    Dr. Sukma Merati, DSPADr. Sukma Merati is founder and owner of Riau Pathology Center in Pekanbaru, Riau. Dr. Merati has had various international experience and training, including as a fellow doctor at The Mount Sinai Hospital in New York City, NY, USA (2000-2002). More >

  • Most Popular Posts

  • Calendar

    March 2015
    M T W T F S S
    « Dec    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    3031  

    Archives By Month

    Backend

    Subscribe