CPOSejak sepuluh hari ini, naluri saya untuk mengamati ramainya kendaraan di kota Pekanbaru sepertinya terusik. Apa yang berbeda, kenapa rasanya jalanan agak lengang tidak sebagaimana biasanya yang selalu padat kendaraan dan sekaligus macet ?

Saya mengira-ngira, kenapa ya lalu-lalang mobil dan motor terasa menurun sudah lebih seminggu ini. Biasanya bunyi knalpot motor memekakkan telinga, demikian juga deru mesin yang dipacu sedemikian kencang meraung-raung menggetarkan gendang telinga…

Begitulah, propinsi Riau yang dipenuhi kebun sawit sebagai bahan CPO sempat memakmurkan penduduknya. Ditambah lagi dengan banyaknya sumber minyak bumi didalam perut bumi Lancang Kuning. Kata orang, ‘diatas minyak, dibawah minyak’.

Mesin pengeboran minyak bumi yang pertama terdapat di Rumbai, yang merupakan ladang minyak pertama diambil dari perut bumi oleh perusahaan Amerika Caltex(California-Texas) yang kemudian berubah menjadi CPI (Caltex Pacific Indonesia) dan terakhir menjadi Chevron.

Adanya ladang minyak merupakan satu berkah dan sebagai partisipasi perusahaan terhadap kesejahteraan masyarakat sekitarnya, maka CSR atau Corporate Social Responsibility dimulai dengan mendirikan fakultas politeknik Rumbai. Lulusan PCR (Politeknik Caltex Rumbai) ini nantinya sebagian ditampung dan dipekerjakan sebagai tenaga lapangan perusahaan minyak tersebut.

Sampai saat ini Chevron telah mempunyai fakultas politeknik (PCR) yang terpandang dan disegani sampai ke Malaysia dan Singapore. Jebolan politeknik ini menduduki posisi yang bagus diperusahaan-perusahaan  baik didalam dan luar negeri karena kualitas pendidikannya yang setara dengan counterpartnya di LN. Di Rumbai juga terdapat Universitas Lancang Kuning, perguruan tinggi swasta yang berkualitas.

Kebanyakan keluarga memiliki kebun sawit minimal 2 kavling dan setiap kavling luasnya 2 hektar. Ada juga keluarga yang memiliki sampai 20 kavling atau lebih. Dapat dibayangkan penghasilan keluarga ini bila panen sawit tiba. Panen biasanya dua kali dalam satu bulan. Disaat harga tandan buah segar (TBS) Rp 1500/kilogram, maka ramailah jalan-jalan dikota Pekanbaru dipenuhi kendaraan dan orang-orang perkebunan sawit.

Harga kebun sawit yang sudah bisa dipanen per kavling 100-150 juta pada saat harga TBS sedang baik. Namun pada saat ini tanah kebun yang sama ditawarkan dengan harga dibawah 70 juta untuk luas yang sama oleh pemilik/petani sawit. 

Harga tanah kosong yang belum ditanami sawit biasanya 15-20 juta/kavling. Namun pada saat ini tanah yang sama ditawarkan 7 juta/kavling. Bayangkan, sedemikian besarnya dampak penurunan harga sawit akibat resesi global/ krisis finansial yang dimulai dari Amerika Serikat belum lama ini.

Kenapa resesi di Amrik begitu langsung dan telak dampaknya terhadap perekonomian di Riau dan Sumatera pada umumnya? Karena Amerika Serikat adalah pengimpor utama produk pertanian : kopi, karet dan minyak bumi serta CPO yang diolah dari kelapa  sawit. Amerika Serikat menurunkan permintaan barang komoditas tersebut, akibat kesulitan keuangan.

Maka dampaknya terhadap para petani sangat jelas. Mereka menjerit dan sebagian sengaja tidak memanen sawit yang saatnya sudah dipanen, dan malah ada yang menelantarkan tanaman sawit dikebunnya dengan membiarkan tanaman liar tumbuh dan tanah perkebunan kering, tanpa pengairan dan pupuk yang biasa dilakukan.

Pasalnya, harga pupuk dan beaya panen serta perawatan yang dikeluarkan, jauh lebih besar dibandingkan harga panen sawit TBS yang berkisar Rp 450,- per kilogram saat ini. Daripada merugi, petani membiarkan saja sawit mengering dipohon tanpa dipanen

Proses pembuatan CPO, pertama-tama sawit yang baru dipanen dalam bentuk tandan buah segar (TBS) dibawa ke PKS (pabrik kelapa sawit). Setelah diproses, minyak mentah (CPO) disimpan dalam tangki-tangki yang tersedia untuk kemudian diexport ke LN. Pada saat ini seluruh tangki penuh dengan CPO, disebabkan permintaan yang sangat menurun dengan hasil akhir harga jual CPO merosot tajam semenjak krisis finansial di Amerika Serikat.

Akibatnya PKS terancam tutup, karena sudah tidak berproduksi lagi dikarenakan petani enggan memanen sawit dikebunnya akibat penurunan sangat drastis harga TBS dipasaran. Andaikata TBS adapun, produksi CPO tidak mungkin lagi dikarenakan tidak ada lagi tangki yang bisa menampung hasil CPO yang sudah over supply dikarenakan demand yang jauh menurun dipasar global.

Begitulah, masyarakat asli Pekanbaru used to be  masyarakat kelas menengah-keatas. Hanya karena banyaknya pendatang -seperti Jakarta- maka akhir2 ini banyak gepeng dijalanan,  perempatan jalan, jembatan penyeberangan, dll.  dikota bertuah ini yang membuat  pemandangan agak terganggu.

Diantara anak jalanan tampak kelompok ABG yang berstyle ‘punk’ dengan model rambut, celana jeans, anting dan tattoo di lengan dan tubuh mereka yang ceking. Kelompok ini berdatangan dari Palembang, Padang, Jambi atau Medan, ingin mencoba keberuntungan dikota Pekanbaru.

Rupanya Pekanbaru mempunyai daya tarik tersendiri bagi masyarakat Sumatera khususnya. Kondisi seperti ini mirip dengan Jakarta yang ibarat  magnet yang menarik pencari kerja dari Jawa dan daerah lain di Indonesia…

Popularity: 6%

Posted Sunday, October 26th, 2008 at 4:35 pm
Filed Under Category: Bahasa, General, Life
You can leave a response, or trackback from your own site.

4 Responses to “Anjloknya harga sawit berdampak langsung pada menurunnya kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan Pekanbaru”

  1. 4
    Dr. Sukma Says:

    Hai Fahmi Hidayat,

    Maaf saya bukan ekonom, bukan akhli ekonomi. So, saya tidak berani memberikan saran mengenai perkebunan sawit..
    I am so sorry…

  2. 3
    fahmi hidayat Says:

    halo.. salam kenal

    saya tertarik membaca artikel anjloknya harga sawit, karena belakangan ini saya diminta untuk ikut menjualkan kebun sawit yang akan dibangun oleh kawan saya di talukkuantan.

    kira-kira masih prospektifkan menjual kebun dengan pola corporation plantation estate dengan harga Rp.100.000.000,- perkapling

    terima kasih Bu

    best regard
    fahmi hidayat
    jakarta

  3. 2
    Dr. Sukma Says:

    Halo Iis,

    So pasti saya masih ingat Iis and I miss you too.
    Mengenai kondisi abang anda sepertinya cukup mengkhawatirkan. Karena riwayat trauma/pernah jatuh sudah 6 tahun yang lalu tetapi sampai sekarang masih sering kambuh sakitnya.

    Sebaiknya dilakukan pemeriksaan RONTGEN pada lutut yang terluka 6 tahun lalu. Dengan sinar X, akan kelihatan apakah ada tumor tulang (osteo sarcoma, Ewing sarcoma) atau tidak. Bila tidak ada massa tumor, barulah kita boleh bernafas lega. Jangan berlama-lama, SEGERA dibawa ke bagian radiologi dengan surat pengantar dari dokter umum.

  4. 1
    iis istiqomah Says:

    hallo bu……
    gmn kbrny bu??
    masih ingatkn dgn iis???
    bu is kngen bngt ma bu!!!!!
    bu is mw tnya, ad abg is yg sdh 6 thn mrsh sakit d lututnya akibt prnh jtuh, ia udh srng berobt tp ttp jg kmbuh. klu kmbh ia sulit berjalan dan lututnya itu bengkak bu. bu apa itu berbhya krn lututny itu bngkak?????????
    mksh yha bu…………………..

Leave a Reply

  • About

    Dr. Sukma Merati, DSPADr. Sukma Merati is founder and owner of Riau Pathology Center in Pekanbaru, Riau. Dr. Merati has had various international experience and training, including as a fellow doctor at The Mount Sinai Hospital in New York City, NY, USA (2000-2002). More >

  • Most Popular Posts

  • Calendar

    March 2015
    M T W T F S S
    « Dec    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    3031  

    Archives By Month

    Backend

    Subscribe