CIPAGANTIRest area adalah tempat istirahat sangat komplit dan sangat diperlukan oleh setiap orang dan setiap mobil atau kendaraan yang bepergian jarak jauh. Disana ada segala kebutuhan mobil atau kendaraan seperti : bahan bakar minyak atau bensin, isi angin ban, isi olie mesin  isi air carburator, dst. Sehingga tidak ada kehabisan bahan bakar atau kecelakaan akibat  ban kempis kurang angin atau mesin panas karena air carburator lupa diisi pada saat perjalanan dimulai.

Demikian pula segala kebutuhan penumpang atau orang yang bepergian jauh, seperti kamar mandi/WC, tempat mengambil air wudhu, tempat sholat dan restaurant dengan berbagai makanan dan minuman. Ditempat itu bisa juga didapat obat pusing atau minyak kayu putih, balsem atau obat ati mabuk, dll.  Bahkan para penumpang atau sopir yang kecapean  bisa beristirahat sejenak untuk melepas penat dan melemaskan otot-otot yang tegang  dan rasa kantuk dengan minum kopi atau wedang jahe kegemarannya.

Pendeknya rest area memang mutlak diperlukan untuk perjalanan jauh, dan sangat bermanfaat  untuk mengurangi angka kecelakaan di jalan tol dan perjalanan berjarak jauh  pada umumnya. Sehingga model rest area seperti yang kita jumpai pada saat ini di jalan tol Jakarta-Bandung  atau Bandung-Jakarta rasanya sudah cukup mewakili keinginan warganegara Indonesia termasuk saya sendiri akan tempat nyaman dan aman seperti yang biasa kita jumpai di luar negeri : Eropa, Amerika dan Australia.

Saya masih teringat perjalanan di Eropa yaitu dari Rotterdam di negeri Belanda  menuju ke Frankfurt di negara Jerman. Pada saat itu tahun 1992, saya bepergian bersama keponakan saya laki-laki yang kebetulan sedang menyelesaikan kuliah di Technische Universiteit (TU)  di Delft, Belanda. Kenapa mesti repot-repot jalan darat pakai mobil, tidak lain karena saya tidak punya visa untuk memasuki Jerman.

Pada saat di Jakarta sebelum berangkat ke Rotterdam untuk mengikuti training dibidang hematologi anak di Sophia Kinderzieken Huis, saya lupa dan tidak kepikiran bahwa saya akan sempat nantinya main ke Frankfurt menengok sepupu dan keponakan saya yang menetap  dikota itu bersama suaminya yang berkebangsaan Inggris. Tanpa visa, bila saya berangkat atau tiba di Frankfurt baik itu menggunakan  pesawat udara ataupun kereta api, sama sekali tidak mungkin. Karena pada saat pembelian ticket baik ticket pesawat maupun ticket kereta api biasanya diminta menunjukkan ID card.  Sedangkan dalam paspor saya tidak terdapat visa memasuki negara Jerman. So, tidak ada cara lain selain nekat pergi bersama keponakan saya dengan mobil bututnya sendiri.

Maklum sebagai seorang mahasiswa dinegeri orang, mobil keponakan saya hanyalah sebuah mobil tua seharga 15 ribu gulden yang boleh dibilang terkadang suka mogok meskipun belum menjadi ‘si jago mogok’ seperti lagunya Titik Sandora dan Muchsin Alatas. Maka ditengah perjalanan yang cukup jauh melintasi perbatasan Belanda kearah utara menuju negara Jerman melewati kota Mastricht, dsb. kap penutup mesin terbuka akibat angin kencang. Akibatnya kita harus menepi dan memperbaiki keadaan itu. Karena tidak bisa lagi ditutup secara normal akibat baut yang lepas, maka terpaksalah mobil berjalan dengan kap yang ditutup dengan mengikatkan tali sepatu ketch keponakan saya.  Jadilah mobil  kita jalannya harus pelan-pelan tidak boleh ngebut sama sekali, bila ingin kap penutup mesin tidak copot lagi… Sampai akhirnya kita berhenti di satu rest area dan beristirahat serta menghubungi keluarga yang di Frankfurt. Dengan menyebutkan mobil rusak dan ada di Rest area nomor sekian, dikota kecil sebelum Frankfurt…

Di areal rest area tersebut delapan belas tahun yang lalu, sudah sedemikian komplit semua yang kita perlukan ada.  Belum ada hand phone pada saat itu, jadi kita menggunakan telpon umum yang menggunakan koin didalam areal peristirahatan  tersebut.. Saya juga sempat mandi dan ganti pakaian disana, makan dan minum  sambil menunggu dijemput dari Frankfurt… Jadi adanya rest area sangatlah  menolong kami pada saat itu.

Itulah pengalaman yang tidak terlupakan sampai saat ini, yang terkadang membuat saya senyum-senyum sendiri… Dan semoga masyarakat Indonesia dapat mengambil manfaat dari adanya beberapa rest area di sepanjang jalan tol tersebut.  Serta tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada pemerintahan SBY yang telah berusaha lebih mensejahterakan rakyatnya, agar tidak terlalu jauh ketinggalan dari masyarakat di negara-negara maju…

Popularity: unranked

Posted Saturday, April 10th, 2010 at 6:39 pm
Filed Under Category: Bahasa, General
You can leave a response, or trackback from your own site.

Leave a Reply

  • About

    Dr. Sukma Merati, DSPADr. Sukma Merati is founder and owner of Riau Pathology Center in Pekanbaru, Riau. Dr. Merati has had various international experience and training, including as a fellow doctor at The Mount Sinai Hospital in New York City, NY, USA (2000-2002). More >

  • Most Popular Posts

  • Calendar

    March 2015
    M T W T F S S
    « Dec    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    3031  

    Archives By Month

    Backend

    Subscribe