INDIGOFenomena anak Indigo, yaitu anak dengan kecerdasan diatas normal dan ditengarai mempunyai sixth sense alias indra ke-enam semakin marak belakangan ini.  Yang gampang diingat sebagai contoh anak Indigo adalah Baim, si pemain sinetron cilik yang menggemaskan dan saat ini sedang striping sinetron ’ Tarzan cilik’ di SCTV. 

Dan belum lama ini masih termasuk dalam minggu ini, saya kedatangan seorang pasien bapak yang berusia 51 tahun dan bekerja sebagai PNS. Bapak itu menderita gangguan di lambung, datang ke laboratorium saya, Riau Pathology Center dalam rangka menyerahkan sampel biopsi endoskopi yang baru saja dilakukan terhadap lambung dan esofagusnya oleh seorang dokter internist, KGEH yang mendalami  endoskopi.

Rupanya bapak itu stress berat, sehingga merasakan perut sebah, mual, kembung dan tidak enak dan perih di ulu hatinya. Singkatnya bapak itu menderita GERD, yaitu radang dilambung yang disertai aliran balik asam lambung ke arah esofagus (tenggorokan). Pada kesempatan  itu si bapak  menanyakan kemungkinan penyakitnya dan apa yang akan saya lihat nanti dibawah mikroskop. Serta menanyakan kapan hasil pembacaan biopsi endoskopinya bisa diambil ? Saya jawab, silahkan datang besok siang pada kurang lebih jam yang sama.

Ternyata keesokan harinya si pasien datang pada waktu tengah hari jam 1-2 siang sambil membawa seorang anak gadis kecil berusia 4,5 tahun beserta ibunya, yaitu istri dari bapak itu. Istrinya berusia 45 tahun, ibu rumah tangga yang sincere, sederhana dan lugu. Diluar dugaan,  gadis kecil anak bungsu  pasangan bapak dan ibu tersebut berkata dan bertindak jauh melampaui umurnya dan sekolah TK saja belum.  Anak luarbiasa itu menunjukkan hal-hal  yang benar-benar diluar akal sehat, unbelieveable…

Anak itu akhirnya saya yakini sebagai salah seorang anak Indigo yang belakangan ramai dibicarakan, termasuk si dukun kecil Ponari didaerah Jombang, Jawa Timur sana yang sangat menghebohkan dengan jumlah kunjungan pasien 10-15 ribu perhari.  Pasien berdatangan dari seluruh pelosok tanah air yang rela menginap asal dapat air celupan tangan Ponari dengan batu saktinya. Bahkan air comberan disekitar rumahnya juga diambil dan diyakini dapat menyembuhkan segala macam penyakit.

Pertamakali masuk ke ruangan kerja saya, si gadis kecil mencium tangan saya. Lalu selang beberapa waktu tatkala bapak dan ibunya berbicara pada saya, si anak cerdas menyela pembicaraan dengan mengatakan sebagai berikut : ‘ papa stres karena uangnya dibawa lari sama anak buah papa. Sedangkan mama stres karena anaknya yang macam-macam, susah diatur.’ Dengan spontanitas yang lugas, anak ajaib ini nyerocos tanpa aba-aba dari siapapun. Sehingga kedua orang tuanya tampak malu berwajah kemerahan mendengar perkataan anaknya yang seolah membongkar rahasia keluarga itu..

Setelah itu si bapak bercerita, bahwa anak bungsunya bermain sama seperti anak-anak yang lain. Namun kelebihannya, meski dalam keadaan bermain dilantai atau dimana saja, situasi dan percakapan disekitarnya ‘direkam’ dengan sangat teliti oleh memori didalam otaknya. Seolah si anak merekam semua kejadian disekitar dirinya dengan camcorder, yang setiap saat bisa kita putar kembali untuk melihat rekaman kejadian yang telah lalu. Si anak kelihatan cuek, seperti tidak memperhatikan gerak-gerik dan percakapan orang-orang dewasa disekitarnya.  Akan tetapi beberapa waktu atau berhari-hari  kemudian si anak indigo masih dapat menceritakan dengan detail apa yang terjadi dan bagaimana pembicaraan saat itu, tanpa ada yang ketinggalan.

Si anak indigo berwajah manis, berkulit kuning-langsat dengan mata yang agak sipit. Keluarga itu asli Melayu, lahir dan bertempat tinggal di Pekanbaru. Si bapak sekolah ekonomi dan sarjana jebolan Parahyangan, Bandung.

Anak indigo itu membawa sebuah boneka kecil yang sering diajaknya berdialog. Ibarat boneka unyil, maka tatkala memainkan bonekanya anak itu menjadi ‘dubber’ alias pengisi suara bagi semua peran yang dimainkannya terkadang sebagai narrator, pembawa ceritra agar semua adegan dimengerti oleh penonton.

Bila sedang memerankan seorang ibu maka warna suara dan intonasi serta bahasa yang digunakan khas bahasa ibu. Yang biasanya bawel soal kebersihan , disiplin dan nasehat kepada anak-anaknya. Bila berperan sebagai anak, maka suaranya juga khas anak ABG yang cuek, semuanya maunya instan dan bicara bahasa ‘gaul’. Saya terus terang bengong melihat talenta yang demikian hebat, tanpa pernah bersekolah akting atau drama. Pendeknya semua peran bisa dibawakan dengan baik dan sempurna padahal umurnya baru empat tahun setengah.

Soal moral dan etika dia juga jagoan, seperti beberapa penggal kalimat yang diucapkannya sebagai berikut : ‘mama seharusnya minta maaf sama adik. Karena mama sudah memarahi adik kemarin, padahal adik tidak berbuat  salah’.  Kalimat lain ‘kak Dewi memang suka bandel, masih sering pergi sama abang Zul, bolos sekolah padahal sudah dilarang sama papa dan mama’. 

Jadi si anak Indigo emotional quotientnya lebih tinggi dari kakak-kakaknya yang berusia 19 dan 13 tahun. Si anak Indigo bisa melihat hal yang tidak baik yang dilakukan kedua kakaknya yang  membuat mamanya jadi stres.

Begitulah, anak itu sangat cerdas disegala bidang. Tatkala ditanyakan nanti kalau sudah besar mau jadi apa? Jawabnya  : mau jadi uztadzah, dokter dan sopir. Papanya menyela ‘sopir mah nggak usah sekolah tinggi. Kenapa pengin jadi sopir ?’ Jawaban anak itu : biar bisa nganterin mama ke pasar…

Hampir sebelum pulang, papanya nanya : ‘bagaimana biasanya  kalau putri Indonesia diadu di luar negeri ?  Si anak ajaib langsung bangun dari duduknya dikursi, terus berjalan lenggang-lenggok sambil tangan kanannya melambai persis gaya Miss Universe. Kelihatan centil, genit dan sangat menawan tanpa mimik ragu ataupun malu-malu… Sangat menggemaskan, mengingat usianya yang masih berbau kencur itu persis tingkah laku dan bicara Baim kecil di TV, bila diwawancarai…

Nah, semakin banyak jumlah anak Indigo yang terlahir dibumi Indonesia yang konon katanya diciptakan Tuhan karena begitu banyak kesalahan dan kerusakan alam semesta ditangan orang-orang tua serakah dan tidak bijaksana dibumi ini. Tatkala saya tanya ke ibunya, apa yang dimakan si ibu tatkala hamil anak Indigo itu ?

Jawabnya belut yang diblender. Si ibu selalu maunya makan belut blender tersebut sebagai lauk setiap hari. Nah bagi para peneliti, ini bahan penelitian yang sangat bagus. Kira-kira bahan atau zat aktif apa yang terkandung dalam daging belut selain vitamin E dan Omega3 yang saya tahu yang berdampak sedemikian hebat dan dahsyatnya terhadap pertumbuhan jaringan otak seseorang sehingga menjadi anak Indigo. Mari kita tunggu penelitian itu…

Popularity: unranked

Posted Sunday, March 15th, 2009 at 7:06 pm
Filed Under Category: Bahasa, General, Life
You can leave a response, or trackback from your own site.

52 Responses to “Anak Indigo yang saya amati dalam waktu satu setengah jam saja”

Pages: [3] 2 1 » Show All

  1. 52
    henri anggit bakhtiar. S.Pd Says:

    Selamat Malam Bu.

    bu saya adalah salah satu admin dari Grup dan Fan Page Indigo di jejaring sosial facebook.
    saya juga seorang guru BK disalah satu sekolah negeri di Kab. Pemalang
    untuk pendeteksian anak indigo saya masih menggunakan kemampuan saya sendiri dengan mengeluarkan energi yang lumayan banyak.

    bolehkan share tentang cara pendeteksian ibu dari cara psikologi atau cara yang lainya..

    terimakasih
    salam

  2. 51
    Dr. Sukma Says:

    Hai Diego A,
    Benar2 mantab..!! Mendekati Bill Clinton yang 140. Jaga prestasimu jangan sampai turun.. Insya Allah menjadi sarjana di usia 22 tahun.. Jangan sombong, tetap humble, OK..

Pages: [3] 2 1 » Show All

Leave a Reply

  • About

    Dr. Sukma Merati, DSPADr. Sukma Merati is founder and owner of Riau Pathology Center in Pekanbaru, Riau. Dr. Merati has had various international experience and training, including as a fellow doctor at The Mount Sinai Hospital in New York City, NY, USA (2000-2002). More >

  • Most Popular Posts

  • Calendar

    March 2015
    M T W T F S S
    « Dec    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    3031  

    Archives By Month

    Backend

    Subscribe