blue coralWajahnya masih tetap sama saat saya saksikan pada acara musik ‘Dahsyat’ yang dipandu Luna Maya, Raffi Ahmad dan Olga Syahputra pada 18 Februari yang lalu. Dahsyat adalah program musik yang menjadi favorit saya disamping inBox di SCTV.

Hillary R. Clinton tetaplah Hillary yang saya jumpai di New York pada akhir tahun 2000-an, saat dia mencalonkan dirinya sebagai Senator dari negara bagian New York :  charming, elegant dan dengan mata yang berbinar-binar saat bicara. Bahkan sampai sekarangpun saya masih punya dan simpan dengan baik pin yang bertuliskan ‘Vote for Hilllary’ dengan gambar dirinya, yang saya peroleh saat diadakan jumpa pemilih disatu gedung di Manhattan.

Jujur saja, saya dan keluarga besar saya adalah pengagum dan simpatisan Demokrat di Amrik. Mulai dari Presiden John F. Kennedy, Bill Clinton dan sekarang Barack Obama. Karena ibu saya dahulunya adalah Ketua Wanita Demokrat yang merupakan organisasi yang berafiliasi kepada Partai Nasional Indonesia (PNI), partainya Bung Karno. 

Ibu saya adalah ‘my first inpiring lady’, setelah itu barulah madame Hillary Clinton. Almarhumah ibu saya pernah diundang ke Amerika Serikat pada tahun 1958 selama tiga bulan berkeliling mulai Washington DC beliau sempat diwawancarai penyiar Voice of America (VOA) yang sangat beken pada saat itu. Di New York mengunjungi Ithaca University dan Syracuse di Albany, melihat air terjun diperbatasan USA-Canada yaitu Niagara Falls dan sampai ke Grand Canyon of Colorado, batu cadas paling monumental dinegara bagian Arizona dengan ibukotanya Phoenix.  Juga mengunjungi San Francisco, San Diego dan Los Angeles melihat-lihat Fox Studio, Warner Studio, dst. Akhirnya juga mengunjungi Hawaii dengan pantai Waikiki dan dikalungi kembang warna-warni yang disebut Lei, dileher sebagai ucapan selamat datang ke Hawaii. 

Pada zamannya, ibu saya benar-benar wanita yang ‘tough, hardworking, independent lady’ dengan visi sangat jauh kedepan,  pemikiran yang sangat maju dan modern dan telah nyata-nyata melaksanakan emansipasi wanita. Beliau adalah pendobrak dogma, bahwa : wanita harus didapur, tidak usah sekolah tinggi, tinggal ikut suami dan tidak perlu ikut mencari nafkah karena urusan nafkah adalah tugas dan kewajiban  suami.

Dengan kharisma dan aura hangat dari seorang mantan ibu negara adidaya Amerika Serikat, daya tarik Hillary luar biasa dahsyat. Dia seorang wanita yang merakyat dan ‘downearthed’ atau membumi, yang selalu ingin dekat kepada ‘grass root’, masyarakat dimana dia berada. Baik dinegaranya sendiri maupun dimana saja dia berkunjung.

Berdiri ditengah-tengah murid SDN 01 Menteng-sekolah dimana presiden Barack Obama pernah belajar saat di Jakarta akhir tahun enampuluhan-yang menjemputnya di bandara Halim Perdanakusuma, sungguh suatu pemandangan indah dan  mengasyikkan. Dengan stelan warna pink, Hillary tampak sebagai ibu guru ditengah-tengah muridnya. Wajahnya ceria, diantara anak-anak yang menyambut dan mengelu-elukan dirinya sambil membawa bendera Amerika Serikat.

Dengan latar belakang profesi sebagai seorang pengacara, Hillary sangatlah handal dalam berbicara didepan publik dan memukau audiences. Back-groundnya sama dengan Presiden Barack Obama yang menjadi pengacara populer di Chicago.

Yang membuat saya kagum pada Hillary adalah jiwa pemaaf yang begitu besar terhadap suaminya Bill Clinton yang telah berbuat skandal dengan Monica Lewinsky di Oval Room Gedung Putih, saat dia menjadi first lady. Mana ada wanita yang mau dikhianati, dipermalukan dan dilecehkan oleh perbuatan suami dengan wanita lain…

Hal lain yang saya kagumi dari Hillary, dia sangat ‘legowo’, berlapang dada menerima kekalahannya saat bertarung dengan Obama pada pemilu Amrik yang baru lalu. Dan diapun tidak menuntut menjadi wakil presiden. Ditunjuk menjadi menteri luar negeri alias Secretary of State-pun dia mau saja, tanpa merasa direndahkan oleh Obama. Luar biasa wanita yang berjiwa besar ini yang patut ditiru oleh wanita manapun..

Perhatikan saat Hillary menuruni tangga pesawat, dinegara manapun pesawatnya tiba. Dengan karpet merah ditangga-saya lupa apakah saat Condoleezza Rice jadi menlu juga pakai karpet merah- jalannnya sangat anggun, ‘ladylike’ dan sangat percaya diri. Karena memang dahulunya dia sudah terbiasa disambut dan menuruni tangga pesawat berkarpet merah, saat dirinya menjadi first lady mendampingi mantan presiden William Jefferson Clinton alias Bill Clinton.

Saya yakin diplomasi yang dilakukannya tidak kalah dengan Condie, bahkan prediksi saya melebihi skill dalam melobby para Presiden dan pejabat negara-negara di dunia. Dia disambut hangat di Jepang, Indonesia, Korea Selatan dan China oleh masyarakat setempat. Gertakannya kepada Korea Utara cukup jitu. Bila ingin bersahabat dengan Amerika Serikat, hentikan percobaan rudal jarak jauh yang diberi nama Taepodong.

Banyak hal yang menginspirasi saya dan wanita lain dari seorang Hillary Rodham Clinton. Karena sempitnya waktulah yang membuat tulisan ini  harus diakhiri sampai disini. Good luck, Madame Clinton.  May God bless you always..

Popularity: unranked

Posted Sunday, February 22nd, 2009 at 8:18 pm
Filed Under Category: Bahasa, General
You can leave a response, or trackback from your own site.

Leave a Reply

  • About

    Dr. Sukma Merati, DSPADr. Sukma Merati is founder and owner of Riau Pathology Center in Pekanbaru, Riau. Dr. Merati has had various international experience and training, including as a fellow doctor at The Mount Sinai Hospital in New York City, NY, USA (2000-2002). More >

  • Most Popular Posts

  • Calendar

    March 2015
    M T W T F S S
    « Dec    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    3031  

    Archives By Month

    Backend

    Subscribe