AntemonSepanjang hidup saya yang sudah melampaui setengah abad, tidak ada yang paling mengesankan dibanding pengalaman dan emosi yang saya rasakan seperti saat saya berumur dibawah sepuluh tahun. Sampai kinipun, dengan berbagai pengalaman hidup senang atau susah,  di dalam negeri maupun diluar negeri. Rasanya pengalaman batin yang saya dapatkan dimasa kanak-kanak saya, sangat berkesan dan tidaklah mungkin saya hilangkan begitu saja.

Setiap saat saya merenung, yang terbayang selalu saja setting tempat dan lingkungan saya dibesarkan dulu, mulai sekolah TK sampai menjelang masuk sekolah menengah atas (SMA). Padahal tempat itu pada saat ini sudah jauh berubah menjadi tempat komersial dan bisnis dipinggir jalan utama dikota Denpasar, Bali. Namun bagi saya jalanan itu masih  saja saya bayangkan yang dulu, saat saya masih kecil. Sekolah dasar tempat saya menimba ilmu, entah sudah menjadi apa saat ini saya tidak begitu peduli.

Bagi saya sekolah SD saya berada diketinggian diatas jalan raya yang dibatasi oleh saluran got yang cukup dalam kira-kira setengah meter dengan airnya yang jernih. Air got tidak penuh, mungkin setinggi 20-30 cm saja dari dasar selokan, sehingga tidak berbahaya bagi anak yang menceburkan kaki kedalam got dan melakukan aktivitas didalam got. Got atau selokan ini bersih, karena semua sisinya diplester semen beton. Saya dan teman-teman setiap hari sabtu sudah pasti mencuci alat tulis yang terbuat dari batu yang disebut ‘batu tulis’ yang dibingkai dengan lapisan kayu pada ke-empat sisinya. Agar menjadi bersih dan berwarna hitam mengkilat, pada saat itu biasa digunakan daun ‘mangkokan’, yang lebar bulat dan cekung dibagian tengahnya untuk menggosok batu tulis. Pada saat itu belum dikenal adanya buku tulis dari kertas yang jauh lebih ringan bobotnya dibandingkan batu tulis. Begitulah, seminggu sekali batu tulis harus dicuci bersih lalu dikeringkan dengan menjemur dipagar sekolah. Dan itu adalah ritual yang mesti dilakukan setiap anak murid SD tersebut. Masih terasa air mengalir jernih disela-sela jari kaki saya yang terasa menyejukkan..

Pada saat sekolah di TK, masih terbayang dipelupuk mata saya hiasan dari kertas yang digunting dan dibuat seperti ‘crown’, mahkota raja dan ratu. Dengan mahkota kertas berwarna putih diatas kepala saya dan baju kotak-kotak hijau-putih buatan ibu saya. Hari itu saya ikut lomba disekolah, yaitu lomba makan kerupuk dengan tangan diikat kebelakang. Perasaan saya sangat gembira, karena berhasil menjadi juara dua lomba makan kerupuk. Saya berhasil makan kerupuk yang diikat tinggi, lebih tinggi dari tinggi badan anak-anak pada saat itu. Dengan sedikit usaha meloncat, maka kerupuk bisa diraih dengan mulut, karena tangan sedang terikat. Kegembiraan itu masih bisa saya rasakan pada saat ini.. Namun sayang, ibu dan ayah saya sudah tidak ada lagi bersama saya didunia yang fana ini..

Saya tidak munafik, bahwa sayapun terkadang berkelahi sama teman sekolah SD. Tetapi perkelahian itu murni antara saya dan satu orang teman saya perempuan.  Satu lawan satu, bukan keroyokan. Apa yang kita lakukan saat berantem? Waktunya biasanya sehabis jam sekolah, kira-kira tengah hari begitu. Disaat matahari sedang tingginya dilangit, maka saya bersiap dengan mengeluarkan sebilah penggaris dari kayu, keluar dari tas sekolah saya. Begitupula yang dilakukan lawan saya itu. Kita bertarung seperti main pedang, pukul-pukulan dengan penggaris, hanya kita berdua… Teman-teman lainnya hanya menonton saja dari kejauhan, tidak dikenal apa yang disebut solidaritas yang akhirnya menjadi ‘tawuran’ antar geng atau antar sekolah seperti yang biasa kita kenal saat ini.

Lucunya, saya bertemu kembali setelah puluhan tahun tidak berjumpa teman wanita lawan saya berkelahi dengan penggaris itu, jauh dinegeri orang,  di New York pada 2002 silam, satu kebetulan yang sudah diatur Yang Diatas… Waktu kecil berantem, setelah dewasa ketemu dinegeri orang bak dua sahabat yang saling kangen dan bernostalgia. Teman saya itu adalah isteri seorang dokter gigi dan berdomisili di Amerika Serikat.

Popularity: unranked

Posted Tuesday, June 2nd, 2009 at 5:30 pm
Filed Under Category: Bahasa, General, Life
You can leave a response, or trackback from your own site.

5 Responses to “Kehidupan dan pengalaman semasa anak paling membekas dan dibawa sampai akhir hayat”

  1. 5
    zaky hasan Says:

    yah, saya yang masih berumur 12 tahun semoga dapat mengalami sisa masa kanak-kanak dengan menyenangkan. Mengenai lomba, saya paling suka lomba makan kerupuk, yang saya senang dari lomba itu adalah perjuangan menggapai kerupuk dengan mulut, apalagi karena kerupuk itu digantung jauh lebih tinggi dari mulut, yang membuat dari awal saya harus berjinjit-jinjit, lalu saat berjinjit sudah tidak bisa menggapai kerupuk itu, mau tidak mau saya harus meloncat untuk bisa menggapai kerupuk itu. Tapi puasnya luar biasa saat bisa menggigit kerupuk yang tergantung tinggi itu, karena tangan saya yang diikat kebelekang juga membuat susah menjaga keseimbangan saat meloncat-loncat

  2. 4
    Dr. Sukma Says:

    Hello Aulia Rahman,

    Really ? You were one of my medical student ? It’s been a while, but I will start again teaching students next semester..

    It was refreshing and I enjoyed teaching. Hope to see you again, someday. Thanks 4 ur appreciation..

  3. 3
    Aulia Rahman Says:

    Hi Doc. :)

    Actually i am one of your student. I was. since you didn’t teach FK Unri anymore. But teacher is a teacher isn’t it? It’s been a while. I will remember you as one of my best teacher. :)

    Keep happy!

  4. 2
    Dr. Sukma Says:

    Hi Aulia Rahman,

    I bet you’re the famous expert in education. Sorry,if I’m wrong..

    Thanks for ur support that encourage me to write more about life and feelings.

  5. 1
    Aulia Rahman Says:

    Hi doc. It’s so good to know that you write page like this. It’s so cool. ^^

    Yup. I agree with u. Masa kecil benar2 merupakan ‘harta karun’ pribadi yang ajaibnya tidak akan pernah terasa menjemukan. Semakin dewasa, semakin sulit untuk merasakan kebahagiaan yang sebenarnya. Kita akan semakin jarang tertawa lepas. Atau merasakan perasaan yang dalam sebagaimana jujurnya kita waktu kecil.

    Keep writing doc! ^^

Leave a Reply

  • About

    Dr. Sukma Merati, DSPADr. Sukma Merati is founder and owner of Riau Pathology Center in Pekanbaru, Riau. Dr. Merati has had various international experience and training, including as a fellow doctor at The Mount Sinai Hospital in New York City, NY, USA (2000-2002). More >

  • Most Popular Posts

  • Calendar

    March 2015
    M T W T F S S
    « Dec    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    3031  

    Archives By Month

    Backend

    Subscribe