BUNGASatu abad atau seratus tahun sudah kebangkitan nasional yang dipelopori pergerakan Budi Oetomo, pada 20 Mei 1908. Saat itu kemerdekaan Indonesia belum terbayangkan masih jauh dari kenyataan. Tetapi sejak saat itu seluruh komponen bangsa telah sadar mengikrarkan persatuan semua etnis, daerah, wilayah dan kepentingan masing-masing menjadi satu kepentingan dan perjuangan dari bangsa Indonesia yang saat itu masih dijajah Belanda.

Seratus tahun memang bukan waktu yang singkat, namun bila dibandingkan dengan negara lain satu abad sebenarnya masih terbilang pendek untuk dapat mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Munculnya rasa kebangsaan Indonesia merupakan satu momentum awal kesadaran akan pentingnya kita bersatu dan bersama-sama memperjuangkan hak dan melaksanakan kewajiban kita masing-masing sebagai anak bangsa.

Kebangkitan berarti kompleks, antara lain :  susah kalau melihat orang lain susah dan senang bila melihat orang lain senang. Intinya disini masing-masing kita harus empati terhadap keadaan orang lain, tidak boleh egois. Tunjukkan rasa kesetia-kawanan sosial dan kesetia-kawanan nasional kita masing-masing. Peduli kepada sesama anak bangsa dan peduli kepada nasib bangsa kita, Indonesia.

Kebangkitan juga berarti harus malu dan takut kalau kita mencuri atau korupsi. Menjadikan budaya korupsi sebagai hal yang sangat memalukan dan harus dihindari dan dibiasakan serta ditularkan  budaya malu  itu turun-temurun.

Selanjutnya kebangkitan berarti keluar dari kebodohan dan kemiskinan yang masih membelenggu sebagian besar rakyat kita. Pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan hendaknya dapat diciptakan dari kondisi dan peluang yang ada. Jangan cepat menyerah

Disaat harga BBM di dunia demikian melambung tinggi melebihi 100 US. dollar per barrel, muncul seorang penemu energi alternatif, bapak Djoko Suprapto dari kota kecil di Jawa Timur. Rencananya akan memaparkan temuannya didepan bapak presiden SBY dan anggota Kabinet, ternyata hilang tidak pernah sampai ke Istana Negara di Jakarta.

Kenapa masih ada saja orang yang berjiwa picik tidak-nasionalis, menculik bapak Djoko? Masih saja kepentingan perorangan dan golongan yang dikedepankan, bukannya kepentingan nasional Indonesia yang jauh lebih besar dan sedang dalam kondisi kritis?

Sirik, iri hati dan dengki masih mendominasi sifat-sifat manusia Indonesia saat ini. Dan semasih hal tersebut dipertahankan, selama itu pula kedamaian dan rasa damai tidak akan pernah  kita rasakan dan nikmati. Semua kita akan merasa tidak bahagia, jauh dari sejahtera lahir dan batin…  Sampai kapan kita harus begini?

Karena itu, wahai bangsaku, sadar dan bangkitlah segera dari sumur kenistaan ini. Tuhan tidak akan merubah nasib bangsa ini , apabila kita sendiri tidak berusaha ke arah itu. Bangkitlah Indonesia, bangkitlah bangsaku dan gapailah cita-cita suci dan mulia menuju masyarakat ‘gemah ripah loh jinawi’.  Amien…

Popularity: unranked

Posted Thursday, May 22nd, 2008 at 12:02 pm
Filed Under Category: Bahasa, General, Life
You can leave a response, or trackback from your own site.

Leave a Reply

  • About

    Dr. Sukma Merati, DSPADr. Sukma Merati is founder and owner of Riau Pathology Center in Pekanbaru, Riau. Dr. Merati has had various international experience and training, including as a fellow doctor at The Mount Sinai Hospital in New York City, NY, USA (2000-2002). More >

  • Most Popular Posts

  • Calendar

    March 2015
    M T W T F S S
    « Dec    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    3031  

    Archives By Month

    Backend

    Subscribe