SUSUSusu mengandung protein, mineral dan vitamin yang semua itu sangat baik bagi kesehatan. Tidak heran, di negara Belanda yang saya lihat minum susu ibarat minum air. Artinya setiap habis makan : pagi, siang dan malam mereka minum susu, bukan air atau teh seperti yang biasa kita lakukan disini. 

Menemani makan snacks menjelang makan siang dan disore hari menjelang makan malam, orang Belanda juga minum susu. Tidak terbatas hanya pada anak balita, semua orang : anak, remaja, dewasa dan orang tua selalu minum susu minimal lima kali sehari.

Karena itu tidak mengherankan, kalau postur tubuh mereka tinggi besar karena asupan gizi yang tepat. Disampaing itu kecerdasan mereka juga lebih tinggi karena semua kebutuhan sel otak untuk berkembang ada didalam menu mereka sehari-hari. Kenapa kita di Indonesia tidak meniru kebiasaan yang baik itu ?

Malu dong sama Vietnam, Myanmar, Kamboja negara Asia Tenggara yang sejatinya jauh tertinggal dibanding Indonesia. Namun warganegaranya telah mengkonsumsi susu lebih banyak dibanding Indonesia.Ternyata mereka lebih ‘smart’ dalam memilih makanan yang bergizi tinggi.

‘Allah bisa karena biasa’, itu kata pepatah yang benar adanya. Apapun asal kita biasakan akan menjadi kebiasaan baik yang sejak kecil diharapkan sudah diterapkan di masing-masing keluarga Indonesia. Kalau sejak kecil tidak dibiasakan minum susu dengan berbagai alasan, maka sampai dewasa dan tuapun, kita tidak akan senang minum susu.

Ada berbagai alasan kenapa orang Indonesia tidak minum susu. Pertama, harganya mahal sehingga tidak terbeli bagi kaum bawah. Maka sejak bayipun dia hanya diberi teh atau air putih atau air tajin. Kalaupun sekali-sekali minum susu, yang diminum susu kental manis yang gizinya sangat jauh dibawah dibandingkan susu bubuk atau susu cair alami produksi dairy farm.

Alasan kedua, dan cukup sering kita dengar adalah : perut mules dan kembung sampai diare kalau minum susu. Jadi mereka tidak mau lagi minum susu, takut dampak yang dirasakan seperti tersebut diatas. Tanpa ingin mengetahui kenapa begitu, orang-orang pada kelompok ini akan langsung phobia terhadap susu, meskipun secara finansial mereka sanggup membeli susu.

Keluhan perut mules, kembung, dan diare setelah minum susu disebabkan oleh adanya laktose didalam susu. Bagi mereka yang sensitif terhadap laktose atau disebut dengan ‘lactose intolerance’, sebaiknya minum susu yang tidak mengandung laktose. Di supermarket banyak yang menjual susu dalam kemasan dengan label ‘lactose free’ atau bila tidak ada, dapat dicoba susu dengan kandungan laktose yang paling rendah. Hal ini dapat dilihat pada tulisan ingredient/kandungan dalam susu yang biasa tertulis pada kemasan maupun dalam kaleng susu. Baca dulu dengan cermat dan teliti, baru dibeli..

Dengan demikian, tidak ada lagi alasan untuk tidak minum susu pada masyarakat menengah keatas. Biasakan minum susu sejak bayi, lanjut diteruskan setelah balita, sampai remaja, dewasa dan sampai tua. Maka banyak masalah yang dapat dituntaskan dan tertolong dengan kebiasaan minum susu ini, seperti : gizi, postur tubuh, kesehatan gigi dan tulang, anemia, osteoporosis, retardasi mental, dll.

Dari berbagai penelitian, dapat disimpulkan orang Indonesia umumnya kekurangan enzim laktase yang diperlukan untuk mencerna laktose yang terdapat didalam susu. Kekurangan enzim laktase terutama disebabkan karena organ pencernaan tidak terbiasa mencerna laktose, tidak dibiasakan minum susu setelah balita. Jadi tubuh tidak atau sangat minim memproduksi enzim laktase karena  tidak atau sangat jarang diperlukan dalam mencerna makanan kita sehari-hari yang tanpa susu tersebut. Semakin sering minum susu, maka semakin terlatih organ cerna untuk menghasilkan  enzim laktase. Dengan demikian semua keluhan : diare, kembung, perut mulas, dll akan semakin berkurang dan pada akhirnya akan hilang sama sekali…

Umumnya tubuh akan membuat dan menghasilkan enzim yang diperlukan dalam proses pencernaan berbagai macam zat dalam makanan yang dikonsumsi  sehari-hari. Karena tidak terbiasa minum susu, laktase pun jadi tidak atau kurang diproduksi tubuh kita. Karena itu, mulai saat ini marilah kita membiasakan minum susu bagi seluruh anggota keluarga sejak bayi sampai usia lanjut.

Terakhir,  disaat keadaan sulit seperti sekarang ini, dimana susu sudah semakin tidak terbeli oleh masyarakat bawah, alangkah baiknya apabila KUD dan kelompok tani menggalakkan pemeliharaan sapi yang saya tahu diberikan secara cuma-cuma oleh pemerintah berupa sapi Brahman untuk diambil daging maupun susunya.

Ayo, jangan berpangku-tangan, peliharalah sapi-sapi itu dengan baik, maka usaha dan kerja keras anda pasti akan berdampak positif bagi perekonomian keluarga.  Amien..

Popularity: unranked

Posted Saturday, June 21st, 2008 at 11:38 am
Filed Under Category: Bahasa, Life, Popular Health
You can skip to the end and leave a response. Pinging is currently not allowed.

4 Responses to “Perut mules dan diare sehabis minum susu. Kenapa?”

  1. 4
    arfgan Says:

    wowww….
    sipsip..
    tengyu

  2. 3
    Starbio Plus Says:

    Thanks for sharing, nice article

  3. 2
    arief Says:

    dokter , saya dengar susu tidak baik untuk manusia dewasa saya pernah selintas mebaca judulnya tapi saya ngga baca isi tulisannya baru kemudian setelah dahlan iskan (jp) menulis tentang susu saya semangat membacanya (karena saya sangat mengagumi tulisan beliau) gimana nih penjelasannya ??

  4. 1
    125 Says:

    wah, saya sering nih mules2 kalo abis minum susu pagi2 sebelum berangkat sekolah..
    rasanya abis minum susu kayak kepengen buang air…
    tapi kalo siang dan malam hari minum susu tida ada rasa seperti ini…

Leave a Reply

  • About

    Dr. Sukma Merati, DSPADr. Sukma Merati is founder and owner of Riau Pathology Center in Pekanbaru, Riau. Dr. Merati has had various international experience and training, including as a fellow doctor at The Mount Sinai Hospital in New York City, NY, USA (2000-2002). More >

  • Most Popular Posts

  • Calendar

    March 2015
    M T W T F S S
    « Dec    
     1
    2345678
    9101112131415
    16171819202122
    23242526272829
    3031  

    Archives By Month

    Backend

    Subscribe